Rabu, 10 Desember 2008

Jangan Berlepas Tangan

Dalam sejarah kehidupan manusia kebaikan dan kejahatan akan selalu ada. Seolah-olah mereka adalah dua sejoli yang akan selalu hadir di suatu tempat dan waktu. Penyebabnya adalah karakter dasar manusia itu sendiri yang lemah tapi rakus, bodoh dan miskin tapi sombong. Disamping itu iblis belum dan tidak akan pernah menyatakan pension dari perburuan mencari pengikut untuk diajak ke neraka.
Coba kita lihat parade kehidupan disekitar kita. Betapa kini kemaksiatan demikian marak. Para pelakunya sudah tidak mempunyai urat malu. Korupsi dilakukan berjamaah. Berzina justru bangga dan memamerkannya di media baik cetak maupun elektronik. Padahal semua itu adalah kemungkaran.
Anehnya, sedikit sekali yang tergerak untuk mencegah dan melarang. Kalaulah ada yang melarang, maka mereka lekas dicap sebagai pelanggar hak asasi manusia. Itulah barangkali orang akan berfikir 1000 kali jika hendak amar ma’ruf nahi munkar. Risikonya berat! Dijahui, dicerca dan dimusuhi. Mirip seperti penjahat. Hidupnya seperti tidak aman.
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imron : 104)
Haruskah kita tetap menjalani dengan hanya berdiam diri dan menyaksikan fenomena yang seperti ini, ingatlah bahwa semua apa yang kita lakukan di dunia ini baik dan buruk pasti ada balasannya. Mulailah berfikir dan merenunglah atas apa yang sudah kita lakukan selama ini agar kita nantinya tergolong orang-orang yang beruntung dan menjadi orang-orang yang selamat dengan apa yang akan kita lakukan besok dan dimasa mendatang.

Dunia Yang Terbalik
Akal memang sudah terbalik. Orang tidak lagi menyuruh yang ma’ruf dan melarang yang munkar, namun justru menyuruh yang munkar (kejahatan) dan melarang yang ma’ruf (kebaikan). Penyaji kemaksiatan disanjung, pendakwah dicerca dan dihina. Mengajak manusia kepada kebaikan memang penuh risiko.

Apa Yang Harus Kita Lakukan?
Barangkali kita terbingung, apa yang harus kita lakukan sekarang. Tapi harus memulai dari mana? Dengan cara apa? Bagaimana caranya? Berderet pertanyaan bergelayut di otak kita. Bahkan karena terlalu lama tidak segera mendapat jawaban akhirnya pertanyaan itupun hilang ditelan deretan aktivitas duniawi yang memang menyibukkan dan melelahkan.
Untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut, sejenak, ayo kita merenung! Membuka-buka kembali lembaran perjalanan hidup kita. Coba pula kita tatap ke depan, jalan mana yang kita pilih untuk kita tempuh. Didepan hanya terbentang dua jalan. Jalan pada Allah dan jalan yang menuju ke selain Allah.
Mungkin kita saat ini ada yang sudah menempuh separoh jalan. Adapula yang sepertiga ato seperempat. Atau bahkan ada yang sudah di ujung jalan. Maka merenunglah…! Berfikirlah…! Resapi dan pahami perjalanan manusia secara umum! Pada titik tersebut tentu kita akan menyadari dan menghadapi diri kita, keluarga serta teman-teman kita dan semua manusia sedang berbondong-bondong menuju ke satu gerbang, yaitu gerbang kematian. Tidak peduli apakah dia orang kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan. Semua sedang bergerak menuju titik kematiannya masing-masing.
Kesadaran yang demikian tentu memunculkan pertanyaan lanjutan. Apa yang telah kita persiapkan untuk kehidupan setelah kita mati? Bekal apa yang akan kita bawa?
Dalam terbitan lembar tausiyah disebutkan bahwa “Allah swt. memberi bekal dan potensi kepada manusia setidaknya empat hal, yaitu harta, tenaga, pikiran dan waktu. Maka gunakanlah keempat potensi itu untuk menegakkan agamamu”.
Tugas amal ma’ruf nahi munkar memang bukanlah pekerjaan ringan. Pasti akan mengalami benturan-benturan, penentangan, kecongkakan manusia, penolakan dll. Karena pada dasarnya ada manusia yang menyikai kekajaman, benci kebaikan, benci kedisiplinan, benci keadilan, dan benci kedamaian. Manusia juga ada yang dapat merubah pondangan manusia yang lain. Sehingga yang baik dianggap buruk dan yang buruk dianggap baik.
Semoga Allah memberi kekuatan pada kita untuk meninggikan agama kita, dan tidak berlepas tangan atas urusan ini. Amin…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar